Kumpulan Karya Seni Nusantara

Menyajikan Tata - Cara Pembuatan Karya seni se Indonesia , serta Penjelasan karya - karya seni se Indonesia

Sejarah dan Perkembangan Kain Tenun Songket Riau

Sejarah dan Perkembangan Kain Tenun Songket Riau



Kain tenun di Riau yang sekarang banyak dijumpai merupakan kain tenun tradisional turunan dari tenun di daerah Siak, Riau. Kain tenun Siak sendiri merupakan budaya yang awalnya diperkenalkan oleh suku Melayu dari Trengganu, Malaysia [2].

Masyarakat Riau mulai mengenal kain tenun sejak masa pemerintahan Kerajaan Siak. Ibukota kerajaan Siak masih terletak di Siak, atau sekarang dikenal dengan nama Siak Sri Indrapura. Pada masa pemerintahan Sultan Sayid Ali, hubungan antar Kerajaan Siak dengan kerajaan di Semenanjung Melayu sangatlah erat. Masyarakat Siak belajar menenun dari perajin tenun bernama Wan Siti binti Wan Karim yang sengaja didatangkan dari Kerajaan Trengganu, Malaysia.

Pada waktu itu alat tenun yang digunakan berupa alat tenun sederhana dari bahan kayu yang berukuran sekitar 1 x 2 meter. Disebut  ‘kik’. Sesuai dengan ukuran alatnya, maka lebar kain yang dihasilkan tidak terlalu besar, sehingga tidak cukup untuk digunakan membuat satu kain sarung. Untuk membuat satu kain sarung harus menyambung dua kain yang telah jadi, proses ini disebut ‘Berkampuh’.

Pada masa tersebut Siak bisa dikatakan sebagai sentra tenun yang khusus menyediakan kain bagi pakaian para bangsawan di kerajaan. Namun, setelah itu pusat pemerintahan mulai dipindahkan ke daerah tepian sungai yang kemudian dikenal sebagai Pekanbaru. Perpindahan pusat pemerintahan ke Pekanbaru, otomatis semua perangkat negeri dan pusat kebudayaan pun berpindah. Seiring waktu, kesenian dan kebudayaan Melayu mulai berkembang, termasuk kerajinan tenun tradisionalnya. Bermula dari sinilah Tenun Siak mulai berkembang dan dinamai dengan Tenun Melayu Pekanbaru.

Berkembangnya tenun tradisional Riau tidak lepas dari peranan tokoh-tokoh masyarakat. Tokoh wanita Melayu Riau yang sangat berperan dalam mengembangkan kerajinan kain tenun Siak di Riau adalah Tengku Maharatu, permaisuri Sultan Syarif Kasim II. Beliau mengajarkan cara bertenun kepada kaum wanita di Siak dengan tujuan meningkatkan derajat wanita melalui penambahan keterampilan bertenun tersebut.

Nama Tenun Songket Melayu Pekanbaru digagas oleh Hj Evi Meiroza Herman yang bergelar “Puan Gemilang Songket Negeri” [5]. Apresiasi dan prestasi beliau mendapat penghargaan khusus dari Museum Rekor Indonesia (MURI). MURI menilai tenun songket Melayu memberikan inspirasi dan motivasi pada kaum perempuan. Beberapa penghargaan telah diraih beliau, mulai dari penghargaan MURI untuk Songket Terpanjang di Indonesia pada tahun 2005.

Selanjutnya pada tahun 2008, MURI kembali memberikan penghargaan dengan panjang songket 45 meter. Pada akhir 2009, beliau mendapat Penghargaan Upakarti Jasa Pengabdian dari Kementrian Kebudayaan Indonesia.

Kain tradisional daerah Riau merupakan kain tenun, atau biasa disebut oleh perajin dan pendatang sebagai kain songket. Tenun tradisional Riau pada masa dahulu hanya digunakan untuk kalangan bangsawan atau kaum kerajaan saja. Namun seiring waktu, kain tenun ini mulai digunakan secara luas. Paling lazim kain tenun tradisional digunakan untuk acara pernikahan adat Riau sebagai bahan utama pembuat pakaian pengantin, dan juga sebagai salah satu hadiah pernikahan (seserahan) untuk mempelai. Selain itu, mulai banyak produk kerajinan yang dibuat dari tenun khas Riau. Untuk cinderamata misalnya, dibuat souvenir gantungan kunci berbentuk pakaian adat Riau dengan aksen tenun. Ada pula wadah tisu, sarung bantal, kap lampu, tempat perhiasan, tas, dan lain-lain.


Untuk tetap melestarikan kain tenun tradisional Riau dan akar kebudayaan Melayu, maka pemerintah daerah Riau menerapkan peraturan seragam untuk pegawai negeri sipil di wilayah Riau. Aturan seragam tersebut yaitu pada hari Kamis diwajibkan menggunakan pakaian khas dengan kain tenun Riau, sedangkan hari Jumat, diwajibkan untuk mengenakan baju adat khas Melayu. Dengan demikian, kebutuhan masyarakat terhadap tenun tradisional Riau akan tetap ada, sehingga kain tenun akan tetap diproduksi. Hal ini merupakan salah satu usaha melestarikan tenun tradisional Riau.

Semoga dapat bermanfaat .

===================================BYE=================================

Share this article :
+
Previous
Next Post »
1 Komentar untuk "Sejarah dan Perkembangan Kain Tenun Songket Riau"

INFO LOWONGAN KERJA


Posisi Pekerjaan :
Penenun
(Karyawan Tenun ATBM / Alat Tenun Bukan Mesin)

Persyaratan :
- Perempuan, Belum Menikah, umur 19 – 25 tahun
- Jujur, lebih disukai Suku Jawa.
- Domisili di kota Pekanbaru
- Lulusan SMK Tekstil Kriya / Tata Busana (berijazah), atau pernah mengikuti Pelatihan Tenun / Magang Tenun, atau Telah Berpengalaman Tenun 1 tahun.



Surat Lamaran dan CV (daftar riwayat hidup) dapat diantar langsung ke :

"Rumah Jahit Femina"
Perumahan Bandar Asri
Jl. Rawa Sejati No. 4 Rt.01/Rw.10
(belakang Warehouse JNE Rawa Indah)
Sidomulyo Timur - Marpoyan Damai
Pekanbaru 28125
HP. 0813 9615 4436

About The Author

Video

About Templatezy

LIKE US ON FACEBOOK